BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 20 Mei 2009

TAPAK SUCI




Tradisi pencak silat sudah berurat-berakar di kalangan masyarakat Indonesia sejak lama. Sebagaimana seni beladiri khas Indonesia memiliki cirri khas tersendiri yang di kembangkan untuk mewujudkan identitas. Demikian pula bahwa seni beladiri pencak silat di Indonesia juga beragam dan memiliki cirri khas masing-masing.
Tapak suci sebagai salah satu variasi seni beladiri pencak silat juga, memiliki cirri khas yang bisa menujukkan identitas yang kuat. Ciri khas tersebut di kembangkan melalui proses panjang dalam akar sejarah yang dilaluinya.
Pada masa itu, angkatan mudanya dalam menegakkan kalimat ALLAH SWT yang selalu mendapatkan rongrongan dan hambatan dari kaum atheis ( komunis ). Untuk itu, perlu disiapkan angkatan muda yang militan yang dibekali dengan ketangkasan Jasmani dan ketinggian iman. Kesadari inilah yang mendorong lahirnya Tapak Suci di Indonesia. Keseluruhan itu sejalan dengan perkembangan seni beladiri, khususnya pencak silat di Indonesia, yang merupakan seni budaya bangsa yang memiliki latar belakang pengabdian kepada Agama, Bangsa dan Negara.
Tapak Suci berawal dari aliran pencak silat Banjaran di Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun1872. Aliran ini kemudian berkembang menjadi perguruan seni beladiri di Kauman, Yogyakarta. Karena adanya perpindahan guru ( pendekar ), yaitu K.H. Busyro Syuhada, akibat gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga ia menjadi sasaran penangkapan yang di lakukan rezim kolonial Belanda. Pada tahun 1915, di Kauman inilah pendekar K.H Busyro Syuhada mendapat murid-murid yang tangguh dan sanggup mewarisi keahliannya dalam seni beladiri pencak silat. Dua murid yang tangguh dari K.H Busyro Syuhada yaitu, Pendekar M.A Wahib dan Pendekar A. Dimyati. Pada masa penggemblengan A. Dimyati mengembara ke barat ke daerah Cikalong – Caimande sampai ke Banten dalam waktu tiga tahun, sedangkan M.A Wahib mengembara ke seluruh Jawa dan Madura selama lima tahun. Pada tahun 1925, Perguruan Seni Pencak Silat ini didirikan oleh kedua orang itu, dan diberi nama Perguruan Cikauman, yang mempunyai maksud, Ci: Sungai, sehingga Cikauman merupakan sungai/aliran Kauman.
Perguruan ini memiliki landasan agama dan kebangsaan yang kuat dan memiliki dasar-dasar yang harus dipatuhi oleh semua anak murid/pengikutnya, yaitu: Membina Pencak Silat yang berwatak dan berkepribadian Indonesia, menegaskan untuk bebas dan bersih dari ilmu sesat dan syirik ( menyukutukan Tuhan ) dan mengabadikan perguruan untuk perjuangan agama, bangsa dan Negara. Sikap mental, gerak langkah anak murid harus merupakan tindakan kesucian.
Perguruan Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan cabang perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930. Perkembangan kedua perguruan ini semakin hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang cukup banyak. Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota Laskar Angkatan Perang Sabil ( APS ) untuk melawan penjajah, dan banyak yang gugur dalam perlawanan bersenjata. Lahirnya pendekar-pendekar muda hasil didikan Perguruan Cikauman dan Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru, yang di antaranya adalah Perguruan Kasegu pada tahun 1951. atas desakan dari murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah inisiatif untuk menggabungkan semua perguruan Pencak Silat yang sealiran. Dimulai pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat, namun mendapatkan tentangan dari para ulama Kauman dan para Pendekar tua yang merasa dilangkahi. Dengan pendekatan yang intensif dan dengan pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik yang dimiliki umat islam menghadapi kekuatan komunis yang melakukan provokasi terhadap mmat islam, maka gagasan untuk menyatukan kembali kekuatan perguran yang terserak ke dalam satu kekuatanperguruan dimulai. Seluruh perangkat organisasional dipersiapkan, dan akhirnya disepakati untuk menggabungkan kembali kekuatan. Kekuatan perguruan yang terserak ke dalam satu kekuatan perguruan, yaitu mendirikan Perguruan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1960 yang merupakan keberlanjutan sejarah dari perguruan-perguruan sebelumnya.
Pada perkembangan selanjutnya, Perguruan Tapak Suci yang berkedudukan di Yogyakarta akhirnya berkembang di Yogyakarta dan daerah-saerah lainnya. Setelah meletusnya pemberontakan G30S/PKI, PADA TAHUN 1966 DISELENGGARAKAN Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang terbesar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah, berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara Nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikembangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Dan pada Muhammadiyah tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah, Tapak Suci Putera Muhammadiyah juga mampu menjadikan wadah pengkaderan Muhammadiyah.

LAMBANG-LAMBANG TAPAK SUCI














MAKNA LAMBANG TAPAK SUCI




TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
Tapak Suci Lahir Pada Tanggal 31 Juli 1963 di Yogyakarta
Didirakan Oleh M.Bari Irsyad dan M.Wahib

Bentuk Bulat : Bertekad Bulat
Berdasar Biru : Keagungan
Bertepi Hitam : Kekal & Abadi Melambangkan Sifat Allah SWT
Bunga Mawar : Keharuman
Warna Merah : Keberanian
Daun Kelopak Hijau : Kesempurnaan
Bunga Melati Putih : Kesucian
Jumlah Sebelas : Rukun Islam & Rukun Iman
Tangan Putih : Keutamaan
Terbuka : Kejujuran
Berjari Rapat : Keeratan
Ibu Jari Tertekuk : Kerendahan Hati
Sinar Matahari Kuning : Putera Muhammadiyah

MAKNA KESELURUHAN:
“Bertekad bulat mengagungkan asma Allah SWT kekal & abadi, dengan keberanian menyerbakan keharuman dengan sempurna, dengan kesucian menunaikan Rukun Islam & Rukun Iman, mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan rendah hati.”

MOTTO:
“Dengan Iman dan Akhlak Saya Menjadi Kuat”
“Tanpa Iman dan Akhlak Saya Menjadi Lemah”

JENJANG KETINGKATAN DALAM TAPAK SUCI



"JENJANG KETINGKATAN"

DALAM TAPAK SUCI


(Ditulis Oleh : Muhammad Irfan “Kader Kepala”)


Untuk menjamin penguasaan keilmuan bagi para anggotanya, Perguruan TAPAK SUCI menganut sistem Jenjang/Tingkat Sabuk.Setiap kenaikan Tingkat Sabuk dilakukan melalui Ujian Kenaikan Tingkat, sehingga sabuk ketingkatan di dalam Perguruan TAPAK SUCI bukanlah merupakan pemberian atau hadiah. Setiap orang di dalam Perguruan TAPAK SUCI dituntut dapat mempertanggung jawabkan Tingkat Sabuk yang disandangnya itu--termasuk dari mana dan dengan cara apa mendapatkannya, dan dituntut sanggup sebagai teladan yang utama.



Perguruan TAPAK SUCI bukanlah sebuah perguruan yang person-centris (berpusat pada pengkultusan seseorang atau sabuk), maka setiap orang dengan tingkat sabuk lebih tinggi tidak dapat merasa seolah-olah bahwa perguruan TAPAK SUCI adalah miliknya sendiri. Hal ini termasuk berlaku pada setiap tingkat Pimpinan. Bahkan sebaliknya, setiap orang di dalam Perguruan TAPAK SUCI memiliki kewajiban yang sama dalam penegakkan hukum dan aturan organisasi. Sebagai gerakan, Perguruan TAPAK SUCI memiliki jalur dan tingkat pimpinan yang jelas yang masing-masing telah diatur wewenang dan wilayah tugasnya. Hal ini menyiratkan bahwa seseorang dengan tingkat sabuk yang lebih tinggi tetap taat pada aturan, karena Hukum dan Aturan adalah kedaulatan tertinggi.



Jenjang ketingkatan di dalam Perguruan TAPAK SUCI terdiri dari 15 (lima belas) tingkat, yang terbagi dalam 3 gugus jenjang besar yaitu: SISWA, KADER, dan PENDEKAR.



"TINGKATAN SISWA"

Tingkatan ini, ditandai dengan Sabuk Kuning dengan melati berwarna Coklat diatas dasar Kuning. dan tingkatan ini terbagi lagi dalam Lima Tingkat, diantaranya adalah :

* Siswa Dasar (ditandai dengan sabuk Kuning Polos).


SABUK SISWA







* Siswa Dasar Satu (ditandai dengan Sabuk Kuning Melati Satu).


Sabuk Siswa Dua








* Siswa Dasar Dua (ditandai dengan Sabuk Kuning Melati Dua).


sabuk siswa dua








* Siswa Dasar Tiga (ditandai dengan Sabuk Kuning Melati Tiga).


siswa dasar tiga








* Siswa Dasar Empat (ditandai dengan Sabuk Kuning Melati Empat).


siswa dasar empat










"TINGKATAN KADER"

Tingkatan ini dItandai dengan Sabuk Biru dengan Melati berwarna Merah diatas dasar Biru. dan tingkatan ini terbagi dalam lima tingkat, diantaranya :

* Kader Dasar (ditandai dengan Sabuk Biru Polos)


kader dasar







* Kader Muda (ditandai dengan Sabuk Biru Melati satu).


kader muda







* Kader Madya (ditandai dengan Sabuk Biru Melati Dua).


kader madya







* Kader Kepala (ditandai dengan Sabuk Biru Melati Tiga).


kader kepala







* Kader Utama (ditandai dengan Sabuk Biru Melati Empat).


kader Utama










"TINGKATAN PENDEKAR"

Tingkatan ini ditandai dengan Sabuk Hitam dengan Melati berwarna Hitam diatas dasar Merah, dan tingkatan ini terbagi dalam lima tingkat, diantaranya :

* Pendekar Muda, PMa (ditandai dengan Sabuk Hitam Melati Satu).


Pendekar Muda







* Pendekar Madya,PMdy (ditandai dengan Sabuk Hitam Melati Dua)


Pendkar Madya







* Pendekar Kepala,PKa (ditandai dengan Sabuk Hitam Melati Tiga).


Pendekar Kepala







* Pendekar Utama,PUa (ditandai dengan Sabuk Hitam Melati Empat).


Pendekar Utama







* Pendekar Besar,PBr (ditandai dengan Sabuk Hitam Melati Lima).


Pendekar Besar








"PENDEKAR KEHORMATAN"

Pendekar Kehormatan diberikan kepada Anggota Kehormatan Tapak Suci atas keputusan Pimpinan Pusat Tapak Suci yang ditandai dengan Sabuk Hitam dengan Melati Hitam atas dasar Hijau.
Tags: tradisi tapak suci
Prev: Keilmuan Seni Beladiri TAPAK SUCI (sebuah tinjauan singkat)


sumber: http://tapaksucipontang.multiply.com/journal/item/4